Lazimnya orang mencari sesuatu, dan
berharap segera menemukannya. Akan tetapi mencari korban kekerasan susila dalam
pergaulan masyarakat kami selalu berharap, semoga dalam kelompok ini tidak ada
korban atau pelaku di antara mereka
Kekerasan
susila menimbulkan kegamangan luar biasa pada kurbannya.
Kekerasan
susila adalah merupakan pengalaman yang sangat traumatik. Korban dan masyarakat
pada umumnya menganggapnya sebagai kejadian yang sangat memalukan. Sebagai aib,
maka kurban akan menyimpannya sendiri. Perasaan malu, marah, terhina, kotor
bercampur menjadi satu. Meminta bantuan pertolongan berarti menceritakan kepada
orang lain dan itu berarti membuka aib dirinya. Belum tentu pula orang yang
diajak cerita mempercayai kisahnya, pengalamannya. Bisa jadi malah mendapatkan cercaan
atau pengucilan karena dianggap tidak suci lagi. Atau perlakuan buruk lain.
Potensi perlakuan buruk demikian yang membuat korban kekerasan susila memilih
diam, memikul sendiri beban hati dan pikirannya sepanjang hidup, mungkin dengan
harapan pada suatu hari ini bertemu seseorang yang dengannya akan membagikan
kisah pedihnya sekedar mengurangi beban, sukur-sukur jika berhasil
melepaskannya selamanya.
Sementara itu,
semakin diam korban kekerasan susila, maka semakin merajalela pelakunya. Potensi
seorang korban kekerasan susila menjadi korban berulang sangat besar. Demikian pula
dengan potensi timbulnya korban baru dari pelaku yang sama. Karena pelaku
kekerasan susila memanfaatkan situasi yang ada.
Oleh karena
itu, gerakan Komunitas Peduli Anak dengan Sosialisasi : Edukasi, Deteksi,
Identifikasi dan Stop Kekerasan pada Anak seharusnya menjadi kepedulian setiap
mahasiswa, setiap pelajar, setiap ibu dan setiap ayah sehingga setiap anak,
setiap orang dapat mengambil peran untuk menghentikan tindak kekerasan baik
yang terjadi pada dirinya maupun pada orang lain.
Bersama Komunitas Peduli Anak Jember JADILAH AGEN
UNTUK STOP KEKERASAN....