Kamis, 17 Agustus 2017

Mencari dengan harapan semoga tidak menemukan

Lazimnya orang mencari sesuatu, dan berharap segera menemukannya. Akan tetapi mencari korban kekerasan susila dalam pergaulan masyarakat kami selalu berharap, semoga dalam kelompok ini tidak ada korban atau pelaku di antara mereka

Kekerasan susila menimbulkan kegamangan luar biasa pada kurbannya.
Kekerasan susila adalah merupakan pengalaman yang sangat traumatik. Korban dan masyarakat pada umumnya menganggapnya sebagai kejadian yang sangat memalukan. Sebagai aib, maka kurban akan menyimpannya sendiri. Perasaan malu, marah, terhina, kotor bercampur menjadi satu. Meminta bantuan pertolongan berarti menceritakan kepada orang lain dan itu berarti membuka aib dirinya. Belum tentu pula orang yang diajak cerita mempercayai kisahnya, pengalamannya. Bisa jadi malah mendapatkan cercaan atau pengucilan karena dianggap tidak suci lagi. Atau perlakuan buruk lain. Potensi perlakuan buruk demikian yang membuat korban kekerasan susila memilih diam, memikul sendiri beban hati dan pikirannya sepanjang hidup, mungkin dengan harapan pada suatu hari ini bertemu seseorang yang dengannya akan membagikan kisah pedihnya sekedar mengurangi beban, sukur-sukur jika berhasil melepaskannya selamanya.
Sementara itu, semakin diam korban kekerasan susila, maka semakin merajalela pelakunya. Potensi seorang korban kekerasan susila menjadi korban berulang sangat besar. Demikian pula dengan potensi timbulnya korban baru dari pelaku yang sama. Karena pelaku kekerasan susila memanfaatkan situasi yang ada.
Oleh karena itu, gerakan Komunitas Peduli Anak dengan Sosialisasi : Edukasi, Deteksi, Identifikasi dan Stop Kekerasan pada Anak seharusnya menjadi kepedulian setiap mahasiswa, setiap pelajar, setiap ibu dan setiap ayah sehingga setiap anak, setiap orang dapat mengambil peran untuk menghentikan tindak kekerasan baik yang terjadi pada dirinya maupun pada orang lain.

Bersama Komunitas Peduli Anak Jember JADILAH AGEN UNTUK STOP KEKERASAN....